Sumedang (Kemenag) — Suasana Bumi Perkemahan Kiarapayung, Jum’at (21/11/2025), berubah khidmat sekaligus meriah ketika ratusan merpati putih melesat ke udara. Burung-burung itu dilepas langsung oleh Menteri Agama RI Nasaruddin Umar, menandai dibukanya Kemah Bakti Harmoni Beragama 2025. Simbol sederhana namun sarat makna: Indonesia membutuhkan generasi muda yang tak hanya cerdas, tetapi juga mampu menjaga persatuan di tengah tantangan zaman.
Ribuan peserta dari madrasah, pesantren, hingga komunitas non-Muslim memadati area perkemahan. Wakil Bupati Sumedang M. Fajar Alginas turut memimpin seremoni pelepasan merpati bersama 4.900 peserta. Kepakan sayap merpati yang membelah langit lembah Kiarapayung menjadi gambaran jelas optimisme dan tekad para pemuda untuk merawat kehidupan berbangsa yang lebih damai dan inklusif.
Dalam sambutannya, Menag Nasaruddin Umar menegaskan bahwa harmoni adalah fondasi kokoh bagi masa depan Indonesia.
“Indonesia adalah lukisan Tuhan yang indah. Jangan ada yang merusaknya,” ujarnya di hadapan para peserta.
Ia mengingatkan bahwa arus digital memberi peluang besar sekaligus ancaman nyata berupa polarisasi, ujaran kebencian, hingga disinformasi yang dapat memecah belah masyarakat. Karena itu, kegiatan perkemahan ini bukan sekadar rutinitas, melainkan ruang strategis untuk membentuk karakter generasi muda.
“Kalian harus menjadi pembawa kedamaian. Jati diri pramuka harus tertanam kuat, karena itu yang membuat kalian dihormati dan dibutuhkan masyarakat,” tegasnya.
Menag juga menempatkan kegiatan ini dalam peta besar pembangunan Indonesia Emas 2045. Menurutnya, keberhasilan agenda nasional tersebut sangat bergantung pada kualitas karakter anak muda, khususnya dalam menghidupkan moderasi beragama dan membangun jejaring sosial yang harmonis.
Wakil Bupati Sumedang, M. Fajar Alginas, menilai kegiatan ini sejalan dengan kebutuhan pembinaan karakter di era serbacepat.
“Ini bagian penting dari character building. Anak-anak muda kini tumbuh di tengah ancaman hoaks dan isu pemecah belah. Kegiatan seperti ini adalah benteng sekaligus ruang pemersatu,” ujarnya.
Fajar menegaskan bahwa nilai-nilai kearifan lokal Sunda harus tetap menjadi napas generasi muda Sumedang.
“Kami ingin anak-anak muda tumbuh dengan nilai someah, cageur, bageur, bener, pinter, jeung singer,” katanya.
Ketua Panitia, Dudu Rohman, menjelaskan bahwa Kemah Bakti Harmoni Beragama ke-4 ini menghadirkan 4.900 peserta dari berbagai satuan pendidikan di bawah binaan Kementerian Agama. Termasuk di dalamnya komunitas non-Muslim, sebagai bagian dari komitmen memperkuat jaringan keberagaman.
“Saka Amal Bakti kini sudah terbentuk di 27 kabupaten/kota di Jawa Barat. Ini menjadi kekuatan penting dalam membangun karakter generasi yang menghargai perbedaan,” jelasnya.
Selama tiga hari, peserta mengikuti beragam agenda edukatif mulai dari tugas lapangan, penguatan nilai toleransi, penanaman pohon, hingga prosesi api unggun. Setiap kegiatan dirancang untuk memperdalam empati, menumbuhkan kerjasama, dan mengasah kemampuan hidup dalam keberagaman.
“Persatuan tidak lahir dari slogan, tetapi dari pengalaman hidup bersama,” kata Menag dalam penegasan akhirnya.
Kegiatan kemudian ditutup dengan Deklarasi Siap Menyukseskan Ekoteologi, sebuah komitmen kolektif peserta untuk menghijaukan lingkungan rumah masing-masing sebagai bentuk tanggung jawab merawat bumi.